Perpustakaan Sekolah Sarana Peningkatan Minat Baca
Oleh
Heri Abi Burachman Hakim
Staff Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM
Saat
ini minat baca masih menjadi perkerjaan rumah yang belum terselesaikan
bagi bangsa Indonesia. Berbagai program telah dilakukan untuk
meningkatkan minat baca masyarakat. Pemerintah, praktisi pendidikan, LSM
dan masyarakat yang perduli pada kondisi minat baca saat ini telah
melakukan berbagai kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan apresiasi
masyarakat untuk membaca, akan tetapi berbagai program tersebut belum
memperoleh hasil maksimal
Untuk
mewujudkan bangsa berbudaya baca, maka bangsa ini perlu melakukan
pembinaan minat baca anak. Pembinaan minat baca anak merupakan langkah
awal sekaligus cara yang efektif menuju bangsa berbudaya baca. Masa
anak-anak merupakan masa yang tepat untuk menanamkan sebuah kebiasaan,
dan kebiasaan ini akan terbawa hingga anak tumbuh dewasa atau menjadi
orang tua. Dengan kata lain, apabila sejak kecil seseorang terbiasa
membaca maka kebiasaan tersebut akan terbawa hingga dewasa.
Pada
usia sekolah dasar, anak mulai dikenalkan dengan hurup, belajar mengeja
kata dan kemudian belajar memaknai kata-kata tersebut dalam satu
kesatuan kalimat yang memiliki arti. Saat ini merupakan waktu yang tepat
untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak. Setelah anak-anak mampu
membaca, anak-anak perlu diberikan bahan bacaan yang menarik sehingga
mampu menggugah minat anak untuk membaca buku. Minat baca anak perlu
dipupuk dengan menyediakan buku-buku yang menarik dan representatif bagi
perkembangan anak sehingga minat membaca tersebut akan membentuk
kebiasaan membaca. Apabila kebiasaan membaca telah tertanam pada diri
anak maka setelah dewasa anak tersebut akan merasa kehilangan apabila
sehari saja tidak membaca. Dari kebiasaan individu ini kemudian akan
berkembang menjadi budaya baca masyarakat.
Akan
tetapi pembinaan minat baca anak saat ini sering terbentur dengan
masalah ketersediaan sarana baca. Tidak semua anak-anak mampu
mendapatkan buku yang mampu mengugah minat mereka untuk membaca. Faktor
ekonomi atau minimnya kesadaran orang tua untuk menyediakan buku bagi
anak menyebabkan anak-anak tidak mendapatkan buku yang dibutuhkan. Tidak
tersedianya sarana baca merupakan masalah besar dalam pembinaan minat
baca anak. Anak-anak tidak dapat memanjakan minat bacanya karena tidak
tersedia sarana baca yang mampu menggugah minat anak untuk membaca.
Padahal pembinaan minat baca anak merupakan modal dasar untuk
memperbaiki kondisi minat baca masyarakat saat ini.
Untuk
mengatasi masalah ketersedian sarana baca anak dapat dilakukan dengan
memanfaatkan eksistensi perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah dapat
difungsikan sebagai institusi penyedia sarana baca cuma-cuma bagi
anak-anak. Melalui koleksi yang dihimpun perpustakaan, perpustakaan
sekolah mampu menumbuhkan kebiasaan membaca anak.
Tetapi
amat disayangkan, perpustakaan sekolah yang dijadikan ujung tombak
dalam pembinaan minat baca anak justru dalam kondisi yang memprihatikan.
Bahkan saat ini banyak sekolah dasar yang belum memiliki perpustakaan.
Data Deputi Pengembangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
mengungkapkan bahwa hanya 1% dari 260.000 sekolah dasar negeri yang
memiliki perpustakaan (Kompas, 25/7/02). Keadaan ini tentu bertolak
balakang dengan Undang-undang nomor 2 pasal 35 tahun 1989 tentang system
pendidikan nasional yang menyatakan bahwa setiap sekolah diwajibkan
memiliki perpustakaan. ironis bukan, mana mungkin minat baca anak dapat
terbina apabila sekolah tidak memiliki perpustakaan yang menyediakan
buku sebagai sarana baca bagi siswa (anak).
Walaupun
ada sekolah yang memiliki perpustakaan sekolah, perpustakaan sekolah
belum dikelola dengan baik. Hanya sekolah-sekolah unggulan dan sekolah
yang sadar akan pentingnya perpustakaan, memiliki perpustakaan yang
dikelola secara baik oleh tenaga profesional.
Banyak
perpustakaan sekolah yang pengelolaanya terkesan “yang penting jalan”.
Hal ini terlihat dari segi koleksi, sarana perpustakaan serta tenaga
pengolola perpustakaan sendiri. Koleksi perpustakaan sebagian besar
berisi buku-buku paket sehingga kurang mampu menarik minat siswa untuk
mengakses perpustakaan. Sarana dan prasarana perpustakaan yang seadaanya
menyebabkan suasana perpustakaan kurang nyaman. Selain itu banyak
perpustakaan sekolah yang tidak dikelola oleh tenaga profesional di
bidang perpustakaan, perpustakaan dikelola oleh guru pustakawan (guru
yang merangkap sebagai pengelola perpustakaan) yang memiliki tanggung
jawab utama sebagai pengajar menyebabkan pengelolaan perpustakaan tidak
optimal.
Sudah
saatnya kondisi perpustakaan sekolah dasar diperbaiki. Perbaikan ini
akan mewujudkan berpustakaan sebagai penyedia sarana baca ideal bagi
anak-anak. Perbaikan ini akan memotivasi anak-anak untuk berkunjung dan
membaca koleksi perpustakaan. Perbaikan yang dapat dilakukan antara
lain, Pertama, koleksi perpustakaan terus ditingkatkan baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Sudah saatnya perpustakaan tidak hanya berisi
buku-buku paket, koleksi perpustakaan juga dapat berupa buku-buku
bacaan yang mampu menarik minat siswa untuk membacanya. Selain itu
perpustakaan dapat juga melengkapi koleksinya dengan koleksi audiovisual
sehingga tidak memberikan kesan layanan yang monoton.
Kedua,
sarana atua perabot perpustakaan perlu dilengkapi, perpustakaan dapat
dilengkapi dengan pendingin udara, televisi dan komputer multimedia.
Perabotan perpustakaan perlu didesain dan disusun sesuai dengan kondisi
fisik anak-anak sehingga dapat memberikan kesan nyaman bagi anak. Ruang
perpustakaan juga dapat dicat warna-warni dan dilukis gambar lucu
sehingga menghilangkan kesan formil perpustakaan. Dengan perubahan
kondisi fisik perpustakaan ini akan memberikan kesan nyaman anak berada
diperpustakaan sehingga anak-anak akan rajin datang ke perpustakaan.
Ketiga,
masalah SDM perpustakaan juga perlu mendapatkan perhatian. Perpustakaan
harus dikelola oleh tenaga yang memiliki keahlian serta berlatar
belakang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi. SDM memiliki
latar belakang ilmu perpustakaan tentu mengerti bagaimana mengelola
serta mengembangkan perpustakaan berdasarkan kaidah ilmu perpustakaan.
Memberikan tanggung jawab pegelolaan perpustakaan kepada guru perlu
dikaji ulang, guru yang memiliki tugas utama sebagai tenaga pengajar
tidak akan mampu maksimal dalam pengembangan perpustakaan karena harus
membagi waktunya untuk mengajar. Perpustakaan akan tutup apabila guru
tersebut mendapat tugas mengajar. Keadaan semacam ini tentu dapat
menghambat proses pembinaan minat baca anak.
Keempat,
sebenarnya masalah terbatasan koleksi, sarana perpustakaan serta
minimnya SDM perpustakaan disebabkan karena keterbatasan dana.
Keterbatasan dana menyebabkan perpusakaan tidak mampu membeli buku,
melengkapi sarana perpustakaan serta membayar tenaga profesional untuk
mengelola perpustakaan. Sebagai solusinya di perlukan perhatian
pemerintah, pengelola sekolah serta peran aktif wali murid. Pemerintah
perlu memberikan perhatian bagi pengembangan perpustakaan sekolah.
Perhatian itu dapat diwujudkan dalam bentuk pemberian dana bantuan
pengembangan perpustakaan sekolah, kebijakan yang merangsang
perkembangan perpustakaan sekolah serta penghargaan kepada mereka yang
berjasa dalam mengembangkan perpustakaan. Pihak sekolah juga dapat
mengoptimalkan keberadaan wali murid yang terhimpun dalam komite sekolah
dalam pengembangan perpustakaan sekolah. Wali murid dapat dimintai
bantuan dalam hal pendanaan perpustakaan. Tentunya. Wali murid tidak
akan segan mengeluarkan biaya bagi pengembangan sekolah karena
manfaatkan perpustakaan akan kembali kepada putra-putri mereka. Selain
itu pihak sekolah juga dapat menyusun proposal pengembangan perpustakaan
dan mengajukannya ke perusahaan, instansi atau individu yang memiliki
perhatiaan dibidang pendidikan, minat baca dan perpustakaan.
Dengan
berbagai perbaikan diatas maka perpustakaan akan semakin menarik.
Perubahan yang menjadi motivasi bagi siswa untuk mengakses perpustakaan.
Apabila perbaikan ini dilakukan dari sekarang maka 10 atau 15 tahun
kedepan Indonesia akan menjadi bangsa yang gemar membaca. Dengan
demikian berakhir sudah permasalahan minat baca yang seolah-olah menjadi
perkejaan rumah yang tidak terselesaikan sampai saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar